phone: +6281254509366
e-mail: rizki_apriady46@yahoo.co.id

Review Oblivion (2013)


Tidak semua filmaker punya kesempatan melakukan ini; Membawa graphic novel-nya sendiri yang bahkan belum dipublikasikan ke layar lebar, tetapi beruntung bagi sutradara Tron: Legacy, Joseph Kosinski yang diberi kepercayaan penuh oleh para petinggi Universal Pictures untuk melakukannya, tidak hanya itu, mereka juga memberikan Konsinski dana sebesar 120 Juta Dollar, nama-nama besar macam Morgan Freeman,  Olga Kurylenko, bahkan seorang Tom Cruise yang nontabene seperti yang kita tahu adalah magnet box-office tidak peduli apapun genre yang dibintangi mantan suami Katie Holmes itu.

Jadi ini yang terjadi di Oblivion; Bersetting di bumi pada tahun 2077 yang nyaris hancur akibat peperangan dengan mahlkuk asing 60 tahun lalu. Hampir semua manusia dievakusasi ke Titan; Salah satu bulan di Saturnus, dan hanya menyisakan Jack Harper (Tom Cruise) dan rekannya, Victoria (Andrea Riseborough) yang bertugas untuk mengawasi proses ekstraksi sumber daya bumi yang tersisa dari gangguan Scavenger (begitu mereka menyebut alien yang menyerbu bumi) yang masih ada, termasuk memperbaiki dan merawat drone (robot terbang) penjaga. Yang terjadi kemudian adalah rentetan peristiwa aneh,  puncaknya ketika ia menyelamatkan seorang wanita misterius, Julia (Olga Kurylenko) yang sekaligus mulai membuka mata Jack tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Sebenarnya tidak ada yang baru di Oblivion, kalau kamu kebetulan adalah penggemar film-film sci-fi kemungkinan sudah pernah melihat semuanya; Masa depan, bumi hancur, invasi alien, astronot kesepian, tidur panjang, teknologi canggih dalam balutan efek CGI yang mentereng. Ya, apa yang coba dihadirkan Konsinski seperti mencomot ide-ide dari banyak film fiksi ilmiah, bahkan twist dipertengahan film dan klimaksnya, mulai dari yang paling legendaris seperti 2001: A Space Odyssey dan Alien sampai yang modern seperti Independence Day, Wall. E, Prometheus sampai sci-fi indie, Moon. Tetapi tidak peduli seberapapun seringnya ide-ide itu kembali dimunculkan anehnya, kita tidak pernah bosan untuk melahapnya dan Konsinski jelas tahu benar soal itu, jadi ketika ia melakukan peremajaan ide-ide lama ke dalam sebuah wadah baru, tetap saja Oblivion punya daya tarik tersendiri apalagi dengan sosok Tom Cruise berdiri seorang diri dengan latar belakang bumi yang hancur di posternya itu.

Beruntung jika kamu hanya sedikit tahu soal referensi film-film fiksi ilmiah yang sudah saya sebutkan di atas karena Oblivion akan memberikanmu sebuah tontonan yang terasa lebih mengasyikan. Di separuh pertamanya Konsiski memulainya dengan lambat, memfokuskan semuanya pada karkater yang dimainkan Tom Cruise dan pasangannya, Andrea Riseborough, menjelajahi Manhattan yang hancur lebur paska perang besar bersama kendaraan terbang Jack yang canggih dalam balutan visual dan sinematografi cantik dari kamera Sony CineAlta F65 terbaru Claudio Miranda, sinematografer handal yang baru saja memenangkan Oscar dalam Life of Pi.

Sedikit terlalu panjang dan berpotensi membosankan sebelum sebuah twist dipertengahan nanti kembali mencengkeramu, menjungkir balikan segalanya. Bukan twist yang baru memang tetapi tetap saja hal tersebut menjadikan Oblivion menjadi semakin menarik, terlebih ketika semua misterinya perlahan-lahan mulai terungkap dan tensinya bersama banyak adegan aksinya mulai meningkat hingga nantinya ditutup dengan sebuah ending yang familiar jika kamu pernah menonton film-film sci-fi yang saya sebutkan di atas sana.

Yah, mungkin bukan sci-fi paling orisinil yang pernah kamu tonton dengan segala ‘pinjaman’ ide sana-sini, tetapi meskipun basi,  premis tentang kehancuran bumi dan invasi alien plus pesona Tom Cruise yang masih bertaji itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi sebuah kombinasi yang susah untuk ditolak, terlebih sutradaranya, Joseph Kosinski tahu benar bagaimana menghadirkannya dengan balutan teknis yang baik.

Rating
 

0 comments: