phone: +6281254509366
e-mail: rizki_apriady46@yahoo.co.id

Review G.I. Joe: Retaliation (2013)


Tidak ada lagi Stephen Sommers, Joseph Gordon-Levitt, Sienna Miller, Marlon Wayans dan Channing Tatum, eh, maaf, masih ada Tatum. Tetapi secara garis besar ini masih adaptasi salah satu franchise mainan (baca: action figure) laris Hasbro yang sama; hingar bingar CGI, pertempuran hi-tech dahsyat, duel maut dua ninja hebat dengan balutan tema “kebaikan melawan kejahatan” serta patriotisme modern yang dangkal. Jadi setelah sempat mengalami pengunduran jadwal tayang selama kurang lebih setahun untuk memantapkan versi 3D-nya dan promosi internasional maka  sabutlah G.I. Joe: Retaliation, sekuel sci-fi action dari G.I. Joe: The Rise of Cobra yang sempat merajai box office 2009 lalu.

Jadi dengan pendapatan yang melebihi 300 juta Dollar di film pertamanya tentu saja membuat para petinggi Paramount menjadi silau mata. Beberapa usaha dilakukan untuk membuat Retalition menjadi lebih memikat, Selain mempertahankan nama-nama lama seperti Channing Tatum, Arnold Vosloo, Ray Park, Jonathan Pryce, dan mega star Korea Selatan, Lee Byung-hun, studio berlambang gunung ini juga  menggelontorkan lebih banyak uang untuk biaya produksi, membuatnya dalam format 3D yang sepertinya menjadi sebuah kewajiban dan er.. mengganti posisi ‘komandannya’ kepada Jon M. Chu (Step Up 3D) juga menunjuk hidung Dwyne “The Rock” Johnson sebagai karakter sentral barunya, menggantikan Tatum yang “dibebas tugaskan” setelah 20 menit film berlangsung serta salah satu magnet action terbesar, Bruce Willis sebagai General Joseph Colton yang tampil di setengah jam terakhir.

Ya, ini masih G.I Joe yang sama dengan 4 tahun meskipun naskah garapan duet penulis Zombieland,  Rhett Reese dan Paul Wernick terlihat sedikit lebih baik ketimbang Rise of The Cobra dengan segala konflik-konflik berbau pengkhinatan, kudet dan pembalasan dendam seperti judulnya, “Retaliation”, namun secera keseluruhan formatnya tidak lebih jauh dari sebuah sajian aksi berisik tanpa otak dengan CGI mahal. Kisahnya? Masih melanjutkan cerita dari Rise of The Cobra. Paska ditekuknya Cobra Commander (Luke Bracey dan dialih suarakan oleh Robert Baker), para pasukan elit Amerika G.I Joe tetap meneruskan tugas mereka untuk melindungi negaranya. Namun misi terkahir mereka berakhir buruk. Diserang mendadak oleh pemerintahnya sendiri yang diperintahkan langsung oleh sang presiden mereka yang tampaknya sedang gila, nyaris menghabisi pasukan Joe dan hanya menyiskan Marvin F. Hinton a.k.a Roadblock (Dwayne Johnson), Flint (D.J. Cotrona), Jaye Burnett a.k.a Lady Jaye (Adrianne Palicki) dan Snake Eye (Ray Park). Sementara di tempat lain para anggota Cobra; Strom Shadow (Lee Byung-hun) dan Firefly (Ray Stevenson ) juga sedang sibuk untuk membebaskan pimpinan mereka yang ditahan di penjara berpenjagaan maksimum.

Rise the Cobra tidak banyak meninggalkan kenangan buat saya, adegan yang saya ingat hanya menara Eiffel yang rontok karena digerogoti oleh nanomites hijau dan Retaliation tampaknya juga punya nasib yang tidak terlalu berbeda dengan pradesesornya itu. Ini adalah jenis action menyenangkan untuk ditonton dengan segala narasinya yang ringan, komedi yang pas tapi tidak pernah kuat untuk meninggalkan kesan dan bercokol lama diingatan penontonnya.

Ya, rangkaian adegan aksinya memang keren dan juga bodoh, bahkan di menit-menit pertama saja kita sudah disugguhkan momen-momen penyergapan seru, dan Chu juga tampaknya tidak pernah menocoba untuk mengendurkan tensinya termasuk meyuuguhkan salah satu scene paling ditunggu para fansnya; pertarungan antara Snake Eyes dan rival abadinya Strom Shadow berlanjut pada baku hantam spektakuler di penggungan Himalaya, hingga akhirnya sebuah klimaks klise bersama Bruce Wills kemudian menutup aksi heroik nan klise.

Dari beberapa review yang ada banyak fans yang menunjukan kekecewaannya terhadap sekuel terbaru G.I Joe ini. Tetapi beruntung saya bukan salah satu penggemar mainan ini jadi imbasnya saya cukup menikmati setiap menit yang dihadirkan Chu. Ya, Retelation memang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, sama-sama menyajikan sebuah pop corn movie tanpa otak berisik yang disaat bersamaan akan memanjakan matamu dengan format 3D-nya. Efeknya tentu mengasyikan buat penonton awam seperti saya yang tidak berharap macam-macam, toh Rise of The Cobra sudah memberi saya banyak gambaran yang pada akhirnya memang tidak berbeda jauh dengan yang satu ini.


Rating