Review G.I. Joe: Retaliation (2013)
Tidak ada lagi Stephen Sommers, Joseph Gordon-Levitt, Sienna Miller, Marlon Wayans dan Channing Tatum, eh, maaf, masih ada Tatum. Tetapi secara garis besar ini masih adaptasi salah satu franchise mainan (baca: action figure) laris Hasbro yang sama; hingar bingar CGI, pertempuran hi-tech dahsyat, duel maut dua ninja hebat dengan balutan tema “kebaikan melawan kejahatan” serta patriotisme modern yang dangkal. Jadi setelah sempat mengalami pengunduran jadwal tayang selama kurang lebih setahun untuk memantapkan versi 3D-nya dan promosi internasional maka sabutlah G.I. Joe: Retaliation, sekuel sci-fi action dari G.I. Joe: The Rise of Cobra yang sempat merajai box office 2009 lalu.
Jadi dengan pendapatan yang melebihi 300 juta Dollar di film pertamanya tentu saja membuat para petinggi Paramount menjadi silau mata. Beberapa usaha dilakukan untuk membuat Retalition
menjadi lebih memikat, Selain mempertahankan nama-nama lama seperti
Channing Tatum, Arnold Vosloo, Ray Park, Jonathan Pryce, dan mega star
Korea Selatan, Lee Byung-hun, studio berlambang gunung ini juga
menggelontorkan lebih banyak uang untuk biaya produksi, membuatnya dalam
format 3D yang sepertinya menjadi sebuah kewajiban dan er.. mengganti
posisi ‘komandannya’ kepada Jon M. Chu (Step Up 3D) juga menunjuk hidung
Dwyne “The Rock” Johnson sebagai karakter sentral barunya, menggantikan
Tatum yang “dibebas tugaskan” setelah 20 menit film berlangsung serta
salah satu magnet action terbesar, Bruce Willis sebagai General Joseph Colton yang tampil di setengah jam terakhir.
Ya, ini masih G.I Joe yang sama dengan 4
tahun meskipun naskah garapan duet penulis Zombieland, Rhett Reese dan
Paul Wernick terlihat sedikit lebih baik ketimbang Rise of The Cobra dengan segala konflik-konflik berbau pengkhinatan, kudet dan pembalasan dendam seperti judulnya, “Retaliation”,
namun secera keseluruhan formatnya tidak lebih jauh dari sebuah sajian
aksi berisik tanpa otak dengan CGI mahal. Kisahnya? Masih melanjutkan
cerita dari Rise of The Cobra. Paska ditekuknya Cobra Commander
(Luke Bracey dan dialih suarakan oleh Robert Baker), para pasukan elit
Amerika G.I Joe tetap meneruskan tugas mereka untuk melindungi
negaranya. Namun misi terkahir mereka berakhir buruk. Diserang mendadak
oleh pemerintahnya sendiri yang diperintahkan langsung oleh sang
presiden mereka yang tampaknya sedang gila, nyaris menghabisi pasukan
Joe dan hanya menyiskan Marvin F. Hinton a.k.a Roadblock (Dwayne
Johnson), Flint (D.J. Cotrona), Jaye Burnett a.k.a Lady Jaye (Adrianne
Palicki) dan Snake Eye (Ray Park). Sementara di tempat lain para anggota
Cobra; Strom Shadow (Lee Byung-hun) dan Firefly (Ray Stevenson ) juga
sedang sibuk untuk membebaskan pimpinan mereka yang ditahan di penjara
berpenjagaan maksimum.
Rise the Cobra tidak banyak
meninggalkan kenangan buat saya, adegan yang saya ingat hanya menara
Eiffel yang rontok karena digerogoti oleh nanomites hijau dan Retaliation tampaknya juga punya nasib yang tidak terlalu berbeda dengan pradesesornya itu. Ini adalah jenis action
menyenangkan untuk ditonton dengan segala narasinya yang ringan, komedi
yang pas tapi tidak pernah kuat untuk meninggalkan kesan dan bercokol
lama diingatan penontonnya.
Ya, rangkaian adegan aksinya memang keren
dan juga bodoh, bahkan di menit-menit pertama saja kita sudah
disugguhkan momen-momen penyergapan seru, dan Chu juga tampaknya tidak
pernah menocoba untuk mengendurkan tensinya termasuk meyuuguhkan salah
satu scene paling ditunggu para fansnya; pertarungan antara
Snake Eyes dan rival abadinya Strom Shadow berlanjut pada baku hantam
spektakuler di penggungan Himalaya, hingga akhirnya sebuah klimaks klise
bersama Bruce Wills kemudian menutup aksi heroik nan klise.
Dari beberapa review yang ada banyak
fans yang menunjukan kekecewaannya terhadap sekuel terbaru G.I Joe ini.
Tetapi beruntung saya bukan salah satu penggemar mainan ini jadi
imbasnya saya cukup menikmati setiap menit yang dihadirkan Chu. Ya, Retelation memang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, sama-sama menyajikan sebuah pop corn movie
tanpa otak berisik yang disaat bersamaan akan memanjakan matamu dengan
format 3D-nya. Efeknya tentu mengasyikan buat penonton awam seperti saya
yang tidak berharap macam-macam, toh Rise of The Cobra sudah memberi saya banyak gambaran yang pada akhirnya memang tidak berbeda jauh dengan yang satu ini.
Rating: