phone: +6281254509366
e-mail: rizki_apriady46@yahoo.co.id

Review The Great Gatsby (2013)


Perhatian! Ini bukan film tentang produk minyak rambut pria yang hebat meskipun faktanya banyak pria dengan rambut klimis di dalamnya. Ya, ini adalah The Great Gatsby yang lain, sebuah remake dari drama romantis berjudul sama yang disutradarai Jack Clyaton dan dibintangi Robert Redford empat dekade lalu. Di versi daur ulangnya ini ada sutradara Moulin Rouge Baz Luhrmann yang mencoba menciptakan kembali dunia cinta penuh konflik di era jazz klasik dari setiap lembar dari novel yang juga sumber aslinya milik yang penulis kondang F. Scott Fitzgerald.

Kisahnya dibuka dengan narasi yang disuarakan lulusan Yale dan veteran perang dunia pertama, pemuda naif alkoholik itu adalah Nick Carraway (Tobey Maguiere) yang sebelumnya pernah terjebak dalam kehidupan glamor dan konflik cinta para tetangganya di West Egg, Long Island. Ada pasangan pasutri kaya, Daisy Buchanan (Carey Mulligan), dan suaminya, Tom (Joel Edgerton) yang juga teman Nick sewaktu kuliah. Lalu juga ada Jordan Baker (Elizabeth Debicki), wanita cantik, sahabat Daisy yang ingin dipasangkan dengan Nick. Tetapi yang paling menarik perhatian Nick adalah tetangga samping rumahnya, seorang miliader misterius bernama Gatsby (Leonardo DiCaprio) yang sering mengadakan pesta besar-besaran di rumah mewahnya.

Ada kemeriahan pesta yang dipenuhi musik, dansa dan kembang api penuh warna warnai yang glamor, ya, itu semua seperti materi-materi kesukaan Lurhmann apalagi ketika kamu memberikan tema cinta tragis di dalamnya bisa dipastikan ia akan memberikanmu sebuah sajian megah dengan visual yang sama cantiknya dengan performa para ensemble cast yang bermain di dalamnya, apalagi kali ini Lurhmann menghadirkannya dalam format 3D yang sedang booming. Sumber aslinya adalah bacaan yang bagus, sama bagusnya dengan karya klasik Shakespeare, Romeo and Juliet yang pernah diadaptasi Lurhmann dalam era modern yang juga diperankan DiCaprio sebagai Capulet muda, tetapi Gatsby sendiri punya materi lebih dewasa, lebih kompleks dari dua sejoli yang cinta mati dan juga erat dengan era modern saaat ini ketika ia banyak menyinggung  dunia para hedonis yang penuh dengan materi berlebih, meskipun di balik setiap pakaian mahal, mobil mewah dan perhiasaan berkilaunya ini masih sama-sama berisi tentang cinta sejati dan pengorbanan besar.

Untuk teknis, Lurhmann jelas tidak usah diragukan, dari Strictly Ballroom yang kecil sampai Australia yang besar ia punya cita rasa tinggi dalam memvisualisasikan setiap momen-momen sentimentilnya bersama balutan artisitik tingkat tinggi yang memukau dan memanjakan mata, editing cepat plus dukungan musik-musik kontemporer yang tidak sesuai dengan jamannya. Namun di sisi lain Lurhmann sebenarnya bukan pencerita yang ulung bahkan Moulin Rouge sendiri yang buat saya adalah karya terbaik Lurhmann juga banyak tertolong oleh performa apik Nicole Kidman dan Ewan McGregor serta pilihan tembang-tembang romantisnya yang indah, maka tidak terlalu mengejutkan jika narasi Gatsby tidak mampu hadir sekuat novelnya atau setidaknya versi 78′nya yang sempat populer itu.

Ya, meskipun tidak sampai terseok-seok seperti Australia, tetapi Gatsby terasa terlalu lama dan seperti berputar-putar untuk mencapai titik yang ingin dituju, namun masalah terbesarnya bukan pada durasi yang panjang, plot dragging atau dialog-dialog membosankannya, tetapi ketika Luhrmaan gagal menghadirkan sisi emosional yang seharusnya bisa tergali lebih dalam lagi dari kisah cinta tragis macam ini padahal hampir semua pemainnya sendiri sudah semaksimal mungkin menghadirkan setiap karakternya dengan perfoma yang bagus, terutama Joel Edgerton yang tampil paling apik. Sementara karakter utama Gatsby yang dibawakan DiCaprio tersaji bak dua sisi mata uang yang berbeda, begitu misterius dan berwiba di awal namun ia begitu kesepian dan menyedihkan di sisi lainnya sebagai pria yang menderita banyak karena cinta.

Satu lagi adaptasi Lurhmaan yang tidak mampu memberikan sebuah penghormatan besar pada sumber aslinya. The Great Gatsby itu hanya terasa mewah di kulit luarnya dengan segala parade visual yang cantik dan iring-iringan lagunya yang enak, namun dalam hal miskin ketika mengadaptasi  emosi dari setiap lembar tulisan-tulisan apik Fitzgerald tentang cinta sejati dan pengorbanan di gemerlapnya dunia yang penuh harta dan ketenaran.


Rating
 

0 comments: