phone: +6281254509366
e-mail: rizki_apriady46@yahoo.co.id

Review Incendies (2010)


Hidup itu memang penuh kejutan. Sering kali kita tidak pernah menduga apa yang sudah kita menunggu di tingkungan depan sana, ia  bahkan sering kali dapat merubah hidup kita dalam sekejap mata, seperti yang dialami oleh si kembar Jeanne (Mélissa Désormeaux-Poulin) dan Simone Marwan (Maxim Gaudette). Keduanya sedang berada di kantor notaris, mendegarkan wasiat ibu mereka, Nawal Marwan (Lubna Azabal) yang baru saja wafat dibacakan. Tidak hanya meninggalkan sejumlah harta benda, namun juga sebuah kejutan. Dalam wasiatnya Nawal meminta keduanya untuk menyampaikan dua buah surat. Pertama kepada ayah mereka yang selama ini dikira sudah meninggal, kedua buat saudara laki-laki yang tidak pernah mereka ketahui selama ini.

Tanpa membuang banyak waktu, Jeanne segera berangkat ke sebuah kota di  di Timur Tengah (negara persisnya tidak pernah disebutkan secara jelas) , meninggalkan Simone yang tampaknya  enggan menjalankan pintah ibundanya itu.  Di sana selain berupaya mencari ayah dan saudaranya, Jeanne juga menelusuri jejak masa lalu Nawal dimana  membawanya kepada sebuah fakta mengejutkan, pahit dan tragis yang belakangan tidak hanya berimbas luar biasa pada kehidupan Nawal, sang ibu namun juga kepada mereka berdua.

Menyenangkan sekali rasanya jika kita bisa ‘bermain’ sebagai Tuhan, seperti yang dilakukan sutradara Polytechnique,  Denis Villeneuve. Lihat saja bagaimana ia memetakan kembali kisah tragis yang diadaptasi dari drama panggung, Scorched. Dalam film yang juga mendapatkan nominasi sebagai film asing terbaik dalam ajang Academy Awards Februari lalu ini Villeneuve tampaknya betul-betul ‘menikmati’ bagaiamana memporakporandakan kehidupan seorang wanita muda, membunuh kekasihnya di hadapannya, memisahkannya dengan putranya,  menghacurkan negaranya, memenjarakannya selama bertahun-tahun,  memperkosanya hingga hamil bahkan ‘membunuhnya’, sampai kemudian Villeneuve menyatukan mereka kembali puluhan tahun kemudian dengan cara yang sangat pahit dan getir, seakan-akan sutradara Kanada satu ini ingin menguatkan kembali ungkapan ‘takdir itu memang kejam’ benar adanya. Ya, Incendies yang berarti ‘api’ dalam bahasa Perancis ini memang seakan-akan membakar emosi kita disaat menontonnya.

Ini adalah sebuah film depressing dan murung yang berisi tragedi demi tragedi pilu yang dialami karakter utamanya. Bahkan lantunan lagu “You and Whose Army” dari Radiohead diawal-awal  film yang mengalun dengan suram juga sudah menunjukan gejala-gejala awal seperti apa yang nantinya akan tersaji dalam film berdurasi 2 jam lebih ini. Ya, Incendies memang memiliki kandungan cerita yang suram, namun juga powerfull disaat bersamaan. Unsur-unsur seperti kekerasan, balas dendam, cinta, peperangan, takdir, keluarga semuanya bercampur menjadi sebuah kesatua kisah yang luar biasa.  Saya menyukai bagaimana Villeneuve mempresentasikan Incendies. Pertama ia membiarkan alurnya lambatnya yang sarat dengan visual kuat dan puitis terbagi dalam dua bagian besar. Satu bagian diberikan kepada karakter utama kita, Nawal Marwan yang dikisahkan dalam kilas balik. Dan porsi satu lagi adalah jatah si kembar dalam usaha mereka untuk menjalankan amanah sang ibunda. Nah, kedua bagian ini disajikan oleh Villeneuve dengan cara melompat-lompat dan berpindah-pindah atara masa lalu dan masa kini. Di setiap bagian sedikit demi sedikit rahasia-rahasia mulai terungkap. Bagian-bagian yang awalnya terpisah mulai tersambung. Seiring berjalannya film Tensi menjadi semakin tinggi hingga pada akhirnya memuncak pada sebuah final reveal yang sangat mengejutkan.


Ada peperangan dalam Incendies namun tidak semata-mata menjadikannya bagian dari cerita utama itu sendiri. Tidak ada lokasi dan fakta-fakta spesifik disini, tidak ada pihak yang digambarkan sebagai yang jahat atau baik. Perang seakan-akan hanya sebagai panggung dari kisah tragis seorang wanita kuat. Tapi bagaimanapun juga Villeneuve jelas ingin menyampaikan pesannya bahwa perang dapat menghancurkan segalanya, tidak peduli siapa yang menang, siapa yang kalah. Tidak perlu lagi saya terlalu berpanjang lebar membahasa bagaimana kualitas akting pemainnya. Nyaris semuanya mampu bermain dengan sangat baik membawakan peran mereka sesuai dengan porsi yang diberikan, khususnya buat aktris asal Belgia, Lubna Azabal.

Ya, Incendies adalah sebuah drama kuat yang tersaji luar biasa selama 2 jam lebih. Tidak peduli seberapa lambat ia berjalan karena hampir disetiap menitnya film yang banyak memperoleh penghargaan internasional ini mampu berbicara banyak dan juga memberikan efek kejut kepada penontonnya. Ini adalah sebuah kisah hebat, depresi dan tragis yang dikemas apik, kisah pilu bagaimana seorang ibu berusaha menyatukan kembali keluarganya meskipun harus dengan cara yang menyakitkan.


Rating: ★★★★★★★★¼☆

0 comments: