Review Modus Anomali (2012)
Anda harus mengakui, sekalipun Anda bukanlah penggemar karya-karyanya, Joko Anwar merupakan salah satu sutradara dengan resume yang paling mengagumkan di industri film Indonesia saat ini. Bukan karena film-filmnya yang seringkali mampu berbicara banyak di berbagai ajang penghargaan film berskala nasional maupun internasional, namun karena Joko, di setiap filmnya, mampu memberikan sebuah inovasi gaya penceritaan yang baru, segar sekaligus mendobrak pakem penceritaan dan tampilan visual tradisional yang banyak digunakan oleh para sutradara film Indonesia lainnya. Tidak heran, walaupun film-filmnya jarang menyentuh kesuksesan komersial yang besar, Joko dan setiap film yang ia hasilkan kemudian berhasil memperoleh pengagum loyal dalam jumlah yang tidak sedikit.
Wajar jika kemudian Modus Anomali,
yang merupakan film keempat yang disutradarai oleh Joko, telah
memperoleh penantian dan perhatian yang besar semenjak film tersebut
diumumkan proses pembuatannya. Seperti halnya Kala (2007) dan Pintu Terlarang (2009), Joko masih menempatkan thriller sebagai fondasi utama penceritaan Modus Anomali, walaupun thriller yang ia bawakan kali ini lebih dominan dengan nuansa psychological thriller jika dibandingkan dengan dua film sebelumnya. Well… Modus Anomali
jelas adalah sebuah peningkatan kualitas yang sangat berarti dari sisi
tata produksinya. Sementara itu, dari sisi penceritaan, harus diakui
bahwa Modus Anomali tampil lebih sederhana dari dua film Joko sebelumnya. Yang berarti bahwa kebanyakan penggemar film-film ber-genre thriller, khususnya film-film karya Joko Anwar, akan dapat menebak kemana mereka akan dibawa oleh jalan cerita film ini jauh sebelum Modus Anomali menghadirkan berbagai anomali dalam penceritaannya.
Modus Anomali mengisahkan mengenai seorang pria (Rio Dewanto), yang setelah terjaga dari pingsannya, menemukan dirinya berada di hutan belantara yang terpencil. Ia sama sekali tidak mampu mengingat identitas dirinya, mengapa ia dapat berada di tempat tersebut dan bagaimana cara agar ia dapat keluar dari sana. Setelah menemukan dan menyaksikan satu rekaman video di sebuah rumah yang tak berpenghuni, pria tersebut akhirnya sadar bahwa ia adalah seorang suami dari seorang wanita (Hannah Al Rashid) sekaligus ayah dari dua orang anak (Izzati Amara Isman dan Aridh Tritama) yang saat ini mungkin sedang bersembunyi dari kejaran seorang pria asing yang telah merusak liburan mereka di tengah hutan tersebut. Berpacu dengan waktu, pria tersebut akhirnya berkelana mengelilingi berbagai sudut hutan untuk mencari keluarganya sekaligus lari dari kejaran sang pria asing yang terus menerus hadir dan mencoba untuk membunuh dirinya.
Mereka yang telah mengenal dengan cukup
baik gaya penceritaan seorang Joko Anwar sepertinya semenjak awal telah
sadar bahwa mereka sedang dipermainkan oleh jalan cerita Modus Anomali,
sebuah permainan yang berjalan dengan tempo minimalis yang hadir dengan
beberapa adegan berdarah, beberapa kejutan dan akhirnya deretan adegan
tambahan yang kemudian berfungsi sebagai kunci utama penjelasan mengenai
misteri yang telah dipaparkan Joko Anwar semenjak awal kisah Modus Anomali
berjalan. Tentu saja, ritme penceritaan yang berjalan lamban dan
sedikit berputar-putar di awal film – dengan minimnya jumlah karakter
dan konfilk yang diketengahkan – akan membuat beberapa penonton merasa
tersudutkan. Namun, tempo yang lamban tersebut memang menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari tubuh penceritaan Modus Anomali
dengan menghadirkan beberapa kunci dan detil cerita yang nantinya akan
mendapatkan lubang jawaban di bagian pertengahan dan ujung penceritaan
film ini.
Bahasa Inggris – yang menjadi bahasa
penghantara dialog para karakter di film ini – juga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari film ini. Dalam sebuah wawancara, Joko sempat
menyebutkan bahwa penggunaan Bahasa Inggris dalam jalan cerita Modus Anomali
adalah untuk semakin menciptakan rasa keterasingan dan keterperangkapan
penonton kepada jalan cerita film tersebut. Memang terasa asing, namun
tidak dapat dipungkiri penggunaan bahasa asing tersebut justru membuat
jajaran pemeran Modus Anomali lebih terlihat berusaha untuk
membuat diri mereka terdengar fasih dalam melafalkan dialog mereka
daripada terlihat menjiwai situasi kelam yang sebenarnya sedang mereka
jalani. Bukan berarti performa Rio Dewanto dan jajaran pemeran lainnya
buruk. Hanya saja, penggunaan Bahasa Inggris dalam Modus Anomali
lebih sering membuat emosi serta rasa kehampaan dan ketidakberdayaan
para karakter dalam film ini kurang mampu bekerja dengan kuat kepada
penontonnya. Emosi yang harusnya mampu tampil mencekam terasa terpendam
akibat kurang mampunya Joko mengelola efektivitas dari bahasa asing yang
ia gunakan dalam jalan cerita filmnya.
Berbicara mengenai tata produksi, Modus Anomali
berhasil menghadirkan kualitas produksi kelas atas – dan mungkin
merupakan tata produksi film Indonesia terbaik selama beberapa tahun
terakhir. Gambar-gambar yang dihasilkan berada dalam kualitas high definition yang membuat tatanan sinematografi karya Gunnar Nimpuno mampu bekerja dengan begitu baik. Crystal clear. Begitu pula dengan kualitas suara Modus Anomali.
Departemen suara dan musik film ini mampu bekerja saling
berkesinambungan untuk menghasilkan atmosfer teror yang, pada beberapa
adegan, bahkan tampil lebih dalam daripada yang ditawarkan jalan cerita
yang sedang berjalan. Begitu unik dan orisinal yang semakin menambah
kesan keterasingan yang dihadirkan Modus Anomali kepada penontonnya.
Modus Anomali jelas adalah sebuah bukti nyata dari kecerdasan seorang Joko Anwar. Walau sebagai sebuah thriller Modus Anomali
gagal tampil semenarik dan semengejutkan dua film terdahulunya, namun
dengan cara penceritaannya yang unik, Joko mampu menyulap penampilan
jalan cerita Modus Anomali terlihat menjadi begitu kompleks dan
misterius – walaupun sebenarnya begitu, begitu sederhana. Beberapa
penonton akan menemukan ritme penceritaan Modus Anomali
berjalan lamban dan berkesan terlalu datar. Namun, dengan tata produksi
kelas atas serta penampilan para jajaran departemen akting yang mumpuni,
Modus Anomali tetap hadir setingkat di atas kelas film-film thriller Indonesia kebanyakan.
Rating:
0 comments: