phone: +6281254509366
e-mail: rizki_apriady46@yahoo.co.id

Review Shutter Island (2010)


Teddy Daniels: Which would be worse, to live as a monster or to die as a good man?
Bersetting di tahun 1954, Sebuah kapal feri membawa Edward “Teddy” Daniels (Leonardo DiCaprio), seorang U.S. Marshal dan patnernya, Chuck Aule (Mark Ruffalo) menuju sebuah rumah sakit, atau lebih tepat disebut ‘penjara’ bagi para narapidana yang mengalami gangguan jiwa, Ashecliff Hospital yang terletak di sebuah pulau lepas pantai yang terisolir bernama, Shutter Island.

Di tempat tersebut, Teddy dan Chuck mendapat tugas untuk melakukan investigasi terhadap seorang narapidana wanita, Rachel Solando (Emily Mortimer) yang tiba2 saja raib secara misterius dalam sebuah kamar terkunci dan tanpa ada seorangpun yang tahu. Penyelidikan lebih lanjut ternyata malah membawa Teddy terjebak dalam sebuah kasus yang lebih rumit dan juga berbahaya yang tidak pernah diduga sebelumnya, belum lagi mantan veteran perang dunia ke 2 ini juga harus berhadapan dengan konflik pribadi dimana trauma masa lalunya masih menghantuinya selama ini

Sekelumit sinopsis diatas menjadi gerbang pembuka Shutter Island, sebuah thillerthriller psikologis lainnya. Untuk itu dibutuhkan kehadiran seorang Martin Scorsese yang membuat film biasa menjadi tidak biasa. Scorsese sekali lagi membuktikan bahwa ia memang sutrdara handal yang dapat diharapkan membuat sebuah film berkualitas tinggi. Bersama dengan Laeta Kalogridis sang penulis naskah, Scorsese sukses memoles ide ‘usang’ tersebut menjadi sebuah tontonan thriller classic-modern yang fresh. Misteri psikologis yang diangkat dari novel buah karya Dennis Lehane berjudul sama. Film berbiaya 80 juta dollar sudah tentu tidak berani hanya mengandalkan premis novelnya yang notabene terbilang bukan ‘barang’ baru lagi dan sudah sering diangkat menjadi dasar cerita pada kebanyakan.
 
Scorsese benar-benar memanfaatkan dengan baik durasi film yang cukup panjang (138 menit) dengan tidak terburu buru untuk memacu cerita dan konflik2nya, sebaliknya dengan perlahan namun pasti sutradara berusia 68 tahun terlebih dahulu mengusik rasa penasarasan dan kesabaran kita dengan menghadrikan berbagai teka teki dan misteri yang penuh dengan pertanyaan menggantung tentang apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit jiwa misterius tersebut, belum lagi karakter Teddy sendiri juga memiliki masalahnya pribadinya sendiri sehingga membuat jalinan kisah dalam Shutter Island menjadi kian menarik dan kian berat tiap menitnya.

Scorsese juga tidak membiarkan penonton dengan mudah menebak apa yang terjadi di klimaksnya, dengan ‘licik’ ia sudah meyiapkan jebakan2 yang menyesatkan dalam bentuk kemunculan karakter2 baru dengan cerita versi mereka masing2 dan juga twist berlapis yang bisa dibilang hasilnya cukup ampuh untuk mengelabui penontonnya yang sudah dari pertengahan menebak nebak apa sebenarnya yang ingin dijelaskan dalam ending film ini.

Dari segi teknis sekali lagi acungan jempol patut diberikan pada Scorsese dan timnya yang sukses menghadirkan suasana kelam nan mencekam pulau tertutup itu lengkap dengan segala tebing2 curam, dan hujan badai yang seakan akan mempertegas bahwa tidak ada seorangpun yang dapat keluar dari Shutter Island. Nuasa Ashecliff Hospital pun berhasil dibuat dengan sangat baik sehingga terkesan suram, lembab dan mengerikan lengkap dengan efek klaustrofobianya yang ditampilkan interiornya.
Untuk ke-4 kalinya, Leonardo Di Caprio kembali berkolaborasi dengan Martin Scorsese, dan kali ini sang Romeo benar2 mendominasi film ini dengan kemunculannya hampir disetiap adegan.
Tidak Istimewa namun jelas bukan penampilan yang mengecewakan dari seorang Di Caprio yang mampu membawakan perannya sebagai seorang US Marshall bermasalah dengan baik. Walaupun tampaknya peran lain tertutup oleh pesona Di Caprio namun kehadiran aktor2 pendukung lain seperti Mark Ruffalo, Ben Kingsley, Michelle Williams, Max von Sydow, Emily Mortimer, Jackie Earle Haley dan Patricia Clarkson jelas tidak dapat dikesampingkan begitu saja, karena walaupun tampil hanya sebentar namun kehadiran mereka berperan besar untuk memperkuat film yang didistribusikan oleh Paramount Pictures ini.

Memang Shutter Island bukanlah karya terbaik dari seorang Martin Scorsese, namun setidaknya melalui film ini Scorsese sukses menghadirkan sebuah thriller psikologis mencekam dengan kualitas di atas rata2, apalagi ditunjang dengan segi tekniks yang sangat baik dan penampilan apik dari aktor2 besar yang bermain didalamnya. Impressive !!!


Rating: ★★★★★★★¾☆☆ 

0 comments: